Ungkapan Syukur Masuk 100 Besar ADWI, Pokdarwis Desa Tumaluntung Gelar Kegiatan Bertajuk “Negeri Dongeng”

HEADLINE18 Dilihat

manadosiana.net, MINUT – Masyarakat Desa Tumaluntung, Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara, melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Eduden Um Banua menggelar kegiatan bertajuk Negeri Dongeng. Kegiatan ini sebagai ungkapan syukur Masyarakat dan Pemerintah Desa keberhasilan menjadi perwakilan Sulawesi Utara di tingkat Nasional masuk 100 besar “Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021” oleh kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekf).

Dalam kegiatan itu Pokdarwis Tumaluntung mengajak media serta pemerhati lingkungan melakukan trip wisata, untuk melihat potensi-potesi kearifan lokal dan budaya di Desa yang memiliki 18 Jaga dengan luas wilayah sekitar 2400 hektare ini.

Hukum Tua Desa Tumaluntung Richard Kamagi, sedang memperlihatkan salah satu objek wisata Tenged Watu, yang ada di Desa Tumaluntung.(Foto: Febry Kodongan).

Adapun lokasi pertama yang dikunjungi adalah Makam dotu Roti. Makam ini menurut tua-tua kampung disitu bahwa Dotu Roti dipercaya sebagai orang pertama pendiri Desa Tumalauntung. Selanjutnya di lokasi berikutnya mengunjungi pembuatan gula merah, dilanjutkan ke tempat penyulingan minuman khas derah yakni Cap Tikus, Hutan Jati, kemudian ke Tenged Watu atau Batu lisung, wisata Agro, dan terakhir para undangan diajak mengunjugi lokasi pembuatan bio gas yang bersumber dari kotoran hewan yang menghasilkan gas yang dipergunakan untuk memasak.

Ketua Pokdarwis Eduden Um Banua  Tumaluntung Refly Inaray  mengatakan, kegiatan ini sengaja mengundang banyak tamu untuk memperkenalkan potensi wisata dan kearifan lokal dan budaya, yang masih melekat di kehidupan Masyarakat di Desa tersebut.

Salah satu tempat penyulingan minuman khas Minahasa yakni Captikus, yang ada di Desa Tumaluntung.(Foto: Febry Kodongan)

“Kegiatan ini untuk mengangkat setiap potensi wisata yang ada di desa kami, khususnya yang kearifan lokal. Karena kearifan lokal dan budaya sudah menjadi tradisi yang sangat melekat, misalnya pembuatan gula merah, penyulingan cap tikus, tari-tarian. Disini juga masih melekat kawin adat,” kata Inaray.

Dalam kesempatan itu juga dirinya menjelaskan dibentuknya Pokdarwis Eduden Um Banua Tumaluntung. Dia berharap dengan adanya Pokdarwis ini, bisa membantu para Usaha Kecil Menengah (UKM) serta kearifan lokal yang ada di Tumaluntung agar bisa dikenal di mata dunia.

Tempat pengolahan gas berbahan dasar dari kotoran hewan, yang ada di Desa Tumaluntung.(Foto: Febry Kodongan).

“Ketika dibentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) berdampak kepada masyarakat Tumaluntung dalam arti dalm bentuk UKM ini bisa membantu masyarakat yang ada agar supaya apa yang mereka lakukan,semisalnya bisa mendapatkan pasar, atau bisa juga berdampak masyarakat terkait makanan tradisonal yang bisa diangkat dan dipasarkan,” katanya Inaray kembali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *