Manadosiana.net, MANADO – Anggota Komisi III DPRD Sulut, Tony Supit yang juga adalah wakil rakyat dapil Nusa Utara menyoroti kinerja Badan Penanggulang Bencana Daerah (BPBD) Provinsi yang kurang komunikasi soal bantuan-bantuan di Nusa Utara
“Saya jadi teringat dengan perkataan pak Winsu (almarhum Winsulangi Salindeho, anggota DPRD dapil Nusa Utara, red) yang disampaikannya di rapat paripurna. Nusa Utara hanya ada di peta, tapi tidak ada di APBD,” ungkapnya kecewa, dalam rapat dengar pendapat dengan BPBD Provinsi Sulut.Selasa (05/07/22)
Ia mengatakan lagi, bahwa bantuan-bantuan bencana dari provinsi datang terlambat dan jumlahnya sedikit.
“Ini mengecewakan. Saya hanya bisa tepuk dada, bahwa penanganan bencana di darat lebih siap jauh daripada penanganan di kepulauan. Apakah kami ini bagian dari Sulut atau bagaimana?”tanya Supit.
Padahal katanya, di Nusa Utara ada gunung berapi paling aktif di Sitaro dan Talaud yang sering dilanda bencana angin puting beliung.
“Ini harus jadi perhatian semua pihak,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut Kepala BPBD Provinsi Joy Oroh membeberkan ketersedian logistik yang diakuinya sangat minim saat ini, “Untuk stok logistik kami di BPBD Sulawesi Utara sampai dengan bulan ini, yang dari APBD tinggal ada teh dan gula. Untuk bantuan sisa dari BNPB tinggal perlengkapan keluarga 18 buah, sandang dua buah, perlengkapan sekolah 14 buah, kemudian tikar anyaman tinggal 4 buah. Itu stok yang ada di gudang,” ungkap Oroh.
“Sedangkan untuk APBD, sementara pengadaan tahun ini sebesar Rp 150 juta untuk anggara logistik kita di tahun 2022 ini. Di antaranya matras 100 buah, selimut 200 buah, tikar 100 buah,” tambah dia lagi.
Oroh mengakui bahwa jika pihaknya kelabakan memberikan bantuan jika ada bencana besar di kepulauan.
“Kita berupaya setiap kejadian bencana biasa, pak Sekprov langsung WA masing-masing SKPD kirim bantuan ke BPBD. Terutama makanan siap saji dan minuman. Itu yang kita bawa,” ujarnya.