manadosiana.net, MANADO – Maestro multitalenta, Liem Sian An (Sam Sianata), kembali mengguncang arena seni rupa dengan karya terbarunya, “TAPAK”. Bukan sekadar lukisan, karya ini hadir sebagai pernyataan eksistensial, sebuah arsip visual yang merangkum kehadiran, perjuangan, dan makna terdalam eksistensi manusia.
Dalam kanvas “TAPAK,” jejak-jejak tapak tangan berwarna hijau dicetak secara spontan, memutus lapisan cat yang bergolak. Jejak ini, menurut Sam Sianata, adalah “arsip kehidupan penanda eksistensi manusia yang pernah hadir, berjuang, dan bermakna.”
Tapak tangan di sini diangkat dari sekadar jejak fisik menjadi kesaksian langsung dari tubuh dan jiwa, menegaskan bahwa manusia menyentuh dunia, dan dunia membalasnya dengan peristiwa.
Dinamika Hidup dalam Lapisan Warna
Kekuatan karya ini terletak pada latar warna yang berlapis-lapis dan intens. Perpaduan merah membara, biru yang dalam, hijau pekat, kuning menyala, dan hitam yang menyelimuti tidak dihadirkan tanpa makna.
Lapisan ini disebut mencerminkan fase-fase kehidupan: mulai dari kelahiran yang penuh energi, perjalanan yang dipenuhi benturan dan konflik, hingga pencarian makna terdalam. Sapuan cat yang mengalir, menetes, dan saling menindih menjadi metafora bahwa “hidup tidak pernah linier; ia bergerak liar, kadang kacau, namun sarat tujuan ilahi.”
Tapak Hijau: Simbol Rahmat Ilahi
Pusat perhatian karya ini adalah tapak-tapak tangan berwarna hijau. Warna hijau dipilih sebagai simbol kehidupan, kesuburan, dan rahmat. Jejak-jejak ini tampak melayang di antara lapisan warna yang bergolak, memberikan penegasan spiritual.
“Tapak ini menjadi tanda bahwa ada kuasa yang menuntun arah langkah manusia,” demikian narasi yang menyertai karya tersebut. Tapak hijau menandakan bahwa tidak semua jejak manusia lahir dari kekuatan ego, melainkan dari keterhubungan yang lebih tinggi, yaitu keterhubungan dengan Sang Pencipta.
Garis-garis hitam dan percikan gelap turut hadir, menyerupai rintangan, luka, dan dosa. Namun, elemen kegelapan ini justru memperkuat dinamika spiritual: makna hidup lahir dari keberanian meninggalkan jejak meski terluka, bukan dari kesempurnaan.
Manifestasi Trinity Art
“TAPAK” merupakan bagian integral dari konsep Trinity Art yang digagas Liem Sian An, yang menggabungkan lukisan, lagu, dan maskot. Melalui karya ini, Sam Sianata tidak sekadar melukis, melainkan membuat sebuah pernyataan: “bahwa manusia hidup untuk meninggalkan tapak—dan ketika tapak itu diselaraskan dengan Tapak Sang Ilahi, ia akan berubah dari jejak sementara menjadi warisan yang abadi.”
Karya ini bukan hanya untuk dinikmati secara visual, tetapi ditujukan untuk direnungi. Di baliknya, tersimpan sebuah pertanyaan mendasar bagi setiap individu yang menyaksikan: “Apa jejak yang akan kamu tinggalkan?”
