manadosiana.net, MANADO – Proses penyerapan aspirasi publik oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Utara, khususnya melalui anggota dewan dari Daerah Pemilihan (Dapil) Manado, Jeane Laluyan, telah rampung untuk putaran Reses III Tahun 2025. Pertemuan langsung dengan masyarakat ini mengungkap sejumlah permasalahan krusial yang memerlukan solusi cepat dan terfokus, terutama terkait kelancaran akses vital dan kualitas tata ruang kota.
Laluyan, yang berinteraksi intensif dengan konstituennya, menemukan bahwa isu yang paling mendesak berputar pada perbaikan fundamental dalam mobilitas warga dan upaya peningkatan ekonomi berbasis komunitas.
Fokus utama yang menarik perhatian muncul dari Kelurahan Kleak. Warga setempat, didukung oleh orang tua siswa dan manajemen Sekolah Menengah Umum Negeri 9 (SMUN 9), menyuarakan permohonan agar otoritas mengizinkan pembukaan sementara gerbang kampus Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) sebagai rute pejalan kaki.
Masalah utama yang dihadapi saat ini adalah jarak tempuh yang tidak efisien. Pelajar dan penduduk yang berada di dekat area kampus harus mengambil jalan memutar yang sangat jauh untuk mencapai tujuan yang seharusnya bisa diakses dengan berjalan kaki dalam hitungan menit. Kondisi ini memaksa mereka untuk menggunakan jasa transportasi, yang secara rutin membebani anggaran harian keluarga.
“Setiap hari, kami harus merogoh kocek untuk membayar ojek hingga mencapai Rp10.000 sekali jalan, padahal jaraknya sangat dekat jika ada akses lurus. Uang itu seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan lain,” keluh seorang perwakilan warga.
Lebih dari sekadar memotong waktu dan biaya, pembukaan akses ini diyakini akan menjadi katalis bagi pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kawasan tersebut. Lalu lintas pejalan kaki yang meningkat akan menciptakan pasar baru bagi penjual makanan dan penyedia layanan kecil, secara langsung memberikan dampak positif pada pergerakan ekonomi lokal. Aspirasi ini kini menjadi pekerjaan rumah bagi Laluyan untuk diadvokasi kepada pihak Rektorat dan Pemerintah Kota.
Perhatian beralih ke Kelurahan Mahakeret Barat, di mana isu yang mengemuka adalah tentang pengabaian terhadap fasilitas publik dan tata kelola jalan. Warga menyampaikan protes keras terhadap kondisi Jalan Garuda yang semakin menyempit dan tidak aman.
Aspirasi utama dari Mahakeret Barat adalah penindakan tegas terhadap kendaraan-kendaraan rusak atau non-aktif yang diparkir secara permanen di badan jalan. Praktik ini secara signifikan mengurangi lebar jalan yang sudah terbatas, mengganggu kelancaran lalu lintas harian, dan menimbulkan potensi bahaya.
“Jalan kami sudah sangat sempit, lalu ditambah mobil-mobil mogok yang dibiarkan berbulan-bulan. Ini menghalangi kendaraan lain, bahkan sulit bagi mobil darurat untuk lewat,” ujar seorang penduduk setempat.
Isu lingkungan juga menjadi perhatian serius. Warga mendesak agar saluran drainase (got) di Jalan Garuda dibersihkan secara menyeluruh. Mereka melaporkan bahwa tumpukan sampah dan lumpur yang mengendap menyebabkan air meluap ke jalan raya setiap kali hujan deras turun, menciptakan genangan kotor dan mengancam kesehatan masyarakat. Laluyan berjanji untuk mendorong dinas terkait agar segera melakukan pengerukan dan penertiban.
Menyikapi beragamnya keluhan dan usulan yang dicatat selama Reses III/2025, Anggota DPRD Jeane Laluyan menegaskan bahwa semua aspirasi ini memiliki prioritas yang setara. Data yang dikumpulkan akan menjadi amunisi utama dalam pembahasan dan penetapan kebijakan anggaran pemerintah daerah.
Laluyan menekankan pentingnya mengkonversi input dari masyarakat menjadi aksi nyata, baik melalui alokasi dana untuk proyek infrastruktur (seperti penertiban dan pembersihan di Mahakeret Barat) maupun melalui kebijakan yang memfasilitasi publik (seperti negosiasi akses di Kleak).
“Kami tidak hanya mendengarkan. Semua aspirasi ini adalah mandat suci yang harus kami perjuangkan agar masuk dalam skema Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kami akan memastikan bahwa fokus anggaran bergeser menuju penyelesaian masalah-masalah dasar yang dihadapi langsung oleh warga Manado,” tegasnya.
Momentum Reses ini sekaligus menjadi pengingat bagi eksekutif bahwa perbaikan kualitas hidup masyarakat Manado—mulai dari kemudahan akses pendidikan yang murah hingga lingkungan yang bersih dan aman—adalah tujuan utama dari pembangunan yang berkelanjutan.
