Kerjasama PKM Unsrat-BPPMTPH Sulut Implementasikan Penelitian Biopestisida untuk Petani Tomohon

NEWS202 Dilihat
Rangkaian kegiatan PKM Unsrat di Kecamatan Tomohon Tengah

TOMOHON – Program Kemitraan Masyrakat (PKM) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), menjalin kerjasama dengan Balai Perlindungan dan Pengujian Mutu Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPMTPH) Distanakda Sulawesi Utara (Sulut), untuk mengimplementasikan sejumlah hasil penelitian terkait dengan penerapan teknologi pengendalian hayati untuk membantu petani mengelola hama.

Bertempat di Desa Kayawu, Kecamatan Tomohon Utara, kegiatan PKM ini menyasar para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani ‘Mahtuari’ dan ‘Kawatuan’, di mana sebelumnya mereka telah melakukan identifikasi terhadap permasalahan petani.

Adapun persoalan yang ditemukan adalah besarnya serangan hama pada lahan pertanian, rendahnya pengenalan petani terhadap jenis-jenis organisme yang ada di lahan mereka, sehingga tidak dapat membedakan mana serangga yang merusak dan mana yang menguntungkan, petani yang hanya mengenal satu teknik pengendalian hama yaitu penyemprotan dengan pestisida sintetetik yang sebenarnya memiliki dampak negatif yang luas baik terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia.

Selain itu, ada juga persoalan besarnya biaya pembelian pestisida sintetik, akibat serangga hama telah mengalami resistensi, rendahnya pengetahuan petani tentang budidaya tanaman sehat yang berwawasan lingkungan, dan petani yang belum mengenal teknologi pengendalian hama yang ramah terhadap lingkungan.

Setelah melakukan identifikasi, tim PKM yang terdiri dari Dr. Parluhutan Siahaan dan Prof. Dr. Ir. Jantje Pelealu, MS, dan Jusak Wongkar, SP., M.Si dari BPPMTPH Sulut, menggelar sosialisasi dan juga pelatihan untuk para petani.

Dalam kegiatan tersebut, diberikan pengetahuan dampak negatif penggunaan pestisida sintetik, serta bagaimana menggunakannya dengan dosis yang tepat. Selain itu, penerapan teknologi pengendalian Hayati Beauveria bassiana isolat lokal, juga menjadi satu hal yang diberikan untuk petani.

“Jadi, hal yang dilatih dalam penerapan ini teknologi yaitu teknik eksplorasi jamur entomopatogen dari lahan pertanian petani sendiri, teknik isolasi B. bassiana, teknik perbanyakan jamur entomopatogen B. bassiana dengan media sederhana,” ujar Dr. Parluhutan Siahaan.

Selain itu, petani juga diajarkan teknik formulasi jamur B. bassiana dan M. anisopliae agar siap pakai. Ada juga teknik aplikasi B. bassiana di lapangan dengan menggunakan jamur B. bassiana yang telah dieksplorasi dan diisolasi, serta teknik penyimpanan isolat B. bassiana dan M. anisopliae.

“Tujuan ini untk membantu para petani meningkatkan hasil produksi, sekaligus tetap menjaga lingkungan, karena tidak lagi menggunakan bahan kimia, tetapi sudah pada pemanfaatan bahan alami,” ujar Parluhutan kembali.

Sementara itu, Luruh Desa Kayawu, Very Poyoh, S.Pd, menyambut gembira kegiatan ini karena sangat berguna bagi petani.

“Dampaknya akan terasa, di mana akan ada peningkatan kesejahteraan petani, serta lingkungan tetap terjaga,” ujar Poyoh.

redaksi

Komentar