manadosiana.net, JAKARTA – Banjir dengan tinggi muka air (TMA) 20-80 sentimeter merendam tiga desa di tiga kecamatan yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Sabtu (13/11). Adapun tiga desa tersebut meliputi Desa Sei Bamban di Kecamatan batang Serangan, Desa Mekar Jaya di Kecamatan Wampu dan Desa Harapan Maju di Kecamatan Sei Lapan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Langkat melaporkan bahwa kejadian bencana banjir tersebut terjadi setelah sebelumnya hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah hulu tiga sungai masing-masing Sungai Batang Serangan, Sungai Wampu dan Sungai Sei Lapan. Adapun fenomena itu diikuti kenaikan debit air yang kemudian melimpas ke permukiman warga pada pukul 03.30 WIB.
BPBD Kabupaten Langkat mencatat kejadian bencana itu telah merendam sebanyak 258 unit rumah yang ditinggali oleh 258 KK atau 744 jiwa. Sampai saat ini, tidak ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa maupun warga yang mengungsi.
Dalam rangka percepatan penanganan banjir tersebut, BPBD Kabupaten Langkat berkoordinasi dengan pihak pemerintah Kecamatan Batang Serangan, Kecamatan Padang Tualang dan pemerintah desa setempat. Sementara itu, posko siaga juga ditetapkan di Kantor BPBD Kabupaten Langkat.
Kondisi mutakhir yang dilaporkan per Sabtu (13/11) pukul 16.30 WIB, cuaca terpantau berawan dan banjir telah berangsur-angsur surut dan masyarakat melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti sedia kala.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan informasi prakiraan cuaca yang menyebutkan bahwa wilayah Kabupaten Langkat masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang hingga Senin (15/11). Di samping itu, BMKG sebelumnya juga menyatakan bahwa fenomena La Nina, yang berpotensi terjadi peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, masih akan berlangsung hingga Februari 2022.
Merujuk pada prakiraan cuaca yang dirilis BMKG, maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta kepada pemangku kebijakan di daerah agar senantiasa melakukan upaya mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap dampak bencana hindrometeorologi basah yang dapat dipicu oleh faktor cuaca.
Upaya mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan tersebut menjadi penting, sebab jenis bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor seharusnya dapat dicegah melalui berbagai upaya.
Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito pada Selasa (9/11), mengatakan bahwa upaya pencegahan bencana hidrometerologi basah di antaranya adalah melalui upaya tata kelola ruang yang baik dan benar. Selain itu, setiap masyarakat juga harus memiliki kesadaran dan perilaku untuk lebih peduli dan memahami tentang pemanfaatan alam yang berkelanjutan untuk kehidupan di masa depan.
“Kalau kita melihat dan mengevaluasi itu, maka bencana hidrometeorologi sebenarnya bencana yang bisa kita cegah. Dengan apa? dengan penggunaan ruang hidup yang benar, kemudian perilaku masyarakat kita yang memahami tentang penggunaan alam dan seisinya itu untuk kehidupannya,” jelas Ganip.
Lebih lanjut, dalam ‘Rapat Koodinasi BNPB-BPBD Kesiapsiagaan Mengadapi Dampak La Nina 2021-2022’ pada Selasa (4/11), Kepala BNPB sebelumnya telah mengingatkan dan memberikan imbauan kepada seluruh komponen di daerah hingga unsur yang terkecil, agar mengambil langkah pencegahan dan mitigasi untuk mengantisipasi adanya fenomena La Nina. Adapun hal itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo, bahwa dalam penanggulangan bencana, upaya mitigasi dan pencegahan adalah hal yang mutlak.
“Fenomena La Nina harus bersama-sama kita antisipasi dan kita siapkan kesiapsiagaannya,” ungkap Ganip.
“Pada level yang lebih kecil, yaitu kabupaten/kota, kewaspadaan serta mitigasi dampak La Nina mutlak dilakukan,” tandasnya. (Humas BNPB)