Manadosiana.net, MANADO – Para Akademisi, Budayawan, Mahasiswa, dan Jurnalis yang peduli akan sepak terjang perempuan dalam berdemokrasi, membentuk Perkumpulan Perempuan untuk Kebudayaan dan Demokrasi (PEKA) Sulawesi Utara (Sulut), yang direncanakan akan dilaunching pada, (25/5/2020).
Dengan Visinya “Mendorong Perempuan Sadar Pemilu Namun Tetap Dalam Prinsip Menjaga Kebudayaan”.
Dr. Mayske R.Liando.,S.Pd.,M.Pd., Ketua PEKA mengatakan tujuan pembentukan PEKA dilandaskan atas pertimbangan pentingnya meningkatkan representasi perempuan dalam demokrasi.
Mayske menilai merupakan tantangan dimana jumlah perempuan di parlemen kurang di lembaga-lembaga pembuat Undang-Undang.
“Partisipasi perempuan dalam politik merupakan salah satu kondisi yang dibutuhkan untuk pemenuhan proses demokrasi. Hal ini dilakukan dengan harapan perempuan akan tampil sebagai pembuat kebijakan dan memberi kontribusi pada kesetaraan gender dalam kehidupan berdemokrasi,” jelas Akademisi Universitas Negeri Manado.
Dia menambahkan dengan hadirnya PEKA bisa menjalin kerjasama antar pihak masyarakat yang berlandaskan pada kesadaran berdemokrasi.
“Untuk secara bersama-sama mengedukasi kaum perempuan agar memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam berdemokrasi yang tetap berbudaya,” tuturya melalui akun WhatsApp.
Masyke yang juga merupakan anggota Tim Pemeriksa Daerah (TPD), Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Sulut ini mengatakan, dalam tatanan budaya realitasnya masyarakat Indonesia, perempuan berada pada posisi kedua dan kondisi ini sepertinya sudha menjadi bagian dari perempuan yang disosialisaikan secara turun temurun hingga perempuan seolah menjadi kaum yang terpinggirkan.
“Dalam bingkai demokrasi perempuan, hal tersebut merupakan pelanggaran norma yang mengatasnamakan adat. Adat bisa saja berfungsi sebagai wujud kearifan lokal yang memiliki sanksi sosial bila dilihat atas nama aturan adat,” pungkas Mayske.
Berdasarkan pengalaman tersebut PEKA bertekat dan bermaksud untuk mendorong kaum perempuan untuk memiliki kesadaran dalam berdemokrasi dengan tetap memelihara kebudayaan dan kearifan lokal.
Diketahui, launching PEKA ini rencananya akan digelar bersamaan dengan diskusi tentang “Perempuan yang Berdemokrasi dan Berbudaya” secara virtual.(Mineshia)