Manguni Muda Minaesa Seminarkan Penetapan Berdirinya Wanua Tandengan

MINAHASA RAYA13 Dilihat
Suasana seminar penetapan berdirinya wanua tandengan

Manadosiana.net, Minahasa – Manguni Muda Minaesa (MMM) sebagai komunitas orang muda Wanua Tandengan, terus menggelorakan semangat membangun kampung. Berbagai kegiatan telah mereka lakukan. Salah satunya dengan menelusuri dan mendokumentasikan sejarah Wanua Tandengan.

Sabtu (02/11/2019), MMM menyelenggarakan seminar Penetapan Berdirinya Wanua Tandengan. Kegiatan ini dipusatkan di Balai Desa Tandengan dan dihadiri oleh ratusan masyarakat dan tamu undangan.

Acara yang dimulai sejak siang, diawali dengan parade budaya dan ziarah ke situs budaya. Parade budaya ini dimeriahkan dengan penampilan tarian Kawasaran dari Waraney Wuaya, Makatana Minahasa Walak Tondano, dan SMP Negeri 1 Eris. Ratusan masyarakat Tandengan nampak antusias mengikuti parade tersebut.

Rombongan ziarah kultura berkunjung ke empat situs budaya di Tandengan. Lokasi pertama di situs Watu Sumalangka, di daerah Timu, Tandengan Satu. Kedua, di situs Monumen Sompotan, di daerah Tongkaina, Tandengan Satu. Ketiga, di situs Watu Tumonggor, di daerah Sinawu, Tandengan. Ziarah berakhir, di lokasi keempat yaitu di daerah Kekoan.

Usai parade dan ziarah budaya, acara dilanjutkan dengan kegiatan seminar. Sebelum seminar dimulai, acara diawali dengan Sumempung (berdoa) oleh Allan Sumeleh, S.Teol. Selanjutnya, acara diisi dengan sambutan dan laporan panitia.

Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua MMM, Giovanie Sampouw, SE. Dalam sambutannya ia menjelaskan tujuan dilaksanakannya seminar.

“Agar identitas desa boleh diketahui dan disahkan dan tahun depan sudah bisa merayakan yang namanya pesta rakyat. Di dalamnya akan terjadi pertemuan seluruh masyarakat desa yg boleh dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan positif menuju Tandengan raya maju ke depan”, tutur Sampouw.

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Camat Eris, Deidi Tumarar, SE. Ia turut mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan MMM.

“Saya mewakili pemerintah mengapresiasi kegiatan ini. Setahu saya, sudah tiga kali direncanakan untuk menggelar seminar seperti ini namun belum terwujud. Akhirnya, MMM yang mewujudkannya”, ucap Tumarar.

Ketua Panitia, Christofel Sauman, ST, turut memberikan sambutan dan menyampaikan laporan panitia.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan hasil kerjasama dari seluruh anggota Manguni Muda Minaesa Tandengan dan didukung seluruh masyarakat.

“Manguni Muda Minaesa terdiri dari orang muda yang terus semangat membangun kampung. Salah satu semangat ini diwujudkan dengan menelusuri dan mendokumentasikan sejarah wanua Tandengan”, ungkap Saumana.

Seminar Penentuan Berdirinya Wanua Tandengan menghadirkan narasumber dan penanggap dari kalangan tokoh adat kampung, sejarawan, dan budayawan.

Tampil sebagai narasumber pertama, Hendri Mukuan, BSc selaku tokoh kampung dan mantan Hukum Tua Tandengan. Mukuan, menyampaikan sejarah singkat tentang Tandengan. Christofel Saumana, menjadi pemateri kedua. Ia menyampaikan hasil penelusuran dari MMM terkait sejarah Tandengan.

Usai penyampaian sejarah Tandengan, diikuti oleh sesi pembahasan dari tiga orang penanggap. Hadir sebagai penanggap, Dr. Ivan R.B Kaunang, M.Hum, Dr. Denni Pinontoan, M.Teol, Rikson Karundeng, M.Teol, dan Bodewyn Talumewo, SS. Para penanggap menyampaikan materi dari perspektif sejarah dan perspektif budaya. Tiap penanaggap memberikan usulan tanggal berdirinya Wanua Tandengan berdasarkan kajian mereka.

Seminar menjadi menarik saat musyawarah penentuan tanggal berdirinya Tandengan. Masyarakat turut memberikan usulan dan masukan terkait penentuan berdirinya Wanua Tandengan.

Lewat musyawarah dan kesepakatan bersama, akhirnya disepakati tanggal 9 September 1809 sebagai waktu berdirinya Wanua Tandengan.

Penetapan berdirinya Wanua Tandengan ditandai dengan dengan penandatangan berita acara seminar oleh perwakilan pemerintah Tandengan, MMM, dan para narasumber. Ketua MMM dan Hukum Tua Tandengan membunyikan Tetengkoren sebagai simbol suksesnya penetapan tanggal berdirinya Tandengan.

Rangkaian acara seminar, turut diisi dengan penampilan Kolintang Likrita Waya dan Pidato Bahasa Daerah oleh siswa Jennyfer Sepang.

Seminar kemudian diakhiri dengan penampilan tarian Mapalus oleh SMP Negeri 1 Eris dan dilanjutkan dengan acara makan bersama.

(***/Anes Tumengkol)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *