MANADO – RSUP Prof Kandou Manado, Sulut beri klarifikasi terkait tudingan pelayanan dan minimnya fasilitas alat medis yang mengakibatkan seorang pasien meninggal dunia. Menurut manajer Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat, Ruslianto mengatakan RSUP Prof Kandou selalu memberikan pelayanan terbaik dan tidak pernah ada pembiaran terhadap pasien almarum Gabriel Sineleyan.
Dia menjelaskan terkait alat medis yang rusak. dia bilang hal itu alat tersebut sejak pasien (Alm Gabriel Sineleyan) tersebut melakukan pemeriksdaan dan mengetahui adanya fasilitas alat medis yang mengalami kerusakan, hari itu juga kami langsung melakukan pemesanan.
“Soal alat selalu berusaha yang terbaik agar secepatnya, cuma alat itu kan diadakan di luar negeri (Jerman). alat ini tidak ada di Indonesia,” kata Ruslianto, Rabu (11/6/2025).
Dirinya juga menjelaskan kenapa alat tersebut tiba disaat persoalan ini viral di media sosial. dia bilang bahwa kedatangan alat itu yang dikirim dari Jerman tepat daang saat hari itu tepatnya, Kamis (5/6).
“Memang alat itu nanti datang bertepatan hari itu. Ada saksi matanya, alat itu tiba dan di terima dengan baik. alat itu adalah bor kepala. setelah tiba kita tidak langsung pakai tapi kita uji fungsi dulu,” katanya.
Dia menerangkan bahwa melihat secara medis kondisi pasien (Alm Gabriel Sineleyan) secara medis tidak bisa lakukan tindakan, sangat berisiko apabila menggunakan alat itu saat kondisi pasien drop. makanya harus di stabilkan dulu kondisinya baru bisa dilakukan tindakan operasi. dan hal itu sebelumnya telah dilakukan edukasi oleh pihak RSUP Kandou terhadap Keluarg.
“Karena kondisi pasien itu drop. jadi, belum bisa lakukan tindakan operasi. harus menunggu dulu kondisinya. Karena pasien ini bukan rujukan. Kondisi saat masuk ruangan IGD sudah tidak stabil (drop),” katanya.
Dia kembali menjelaskan terkait kondisi pasien saat masuk RSUP Kandou sudah dalam kondisi tidak stabil atau drop. Pada saat itu, dirinya mengakui bahwa kondisi alatnya itu juga rusak.
Dikataknnya juga, sebelum mendapat perawatan di RUSUP Kandou, dokter yang mengoservasi telah mengedukasi keluarga dan diberikan pilihan alternatif atau perawatan selanjutnya oleh dokter di RS lain. ada dua pilihan, mau di RSUP atau ke di Jakarta.
“Kalau ada pernyataan dari keluarga bahwa, kenapa alternatif perawatan pasien itu ada dua pilihan kemudian tidak diberitahukan, intinya kami pihak RSUP Kandou sudah berusaha yang terbaik. Kita tidak bisa melakukan tindakan lebih jika melihat kondisi umumnya pasien,” katanya.
Adapun terkait terkendalanya perawatan pasien di ruangan ICU. dia bilang, bahwa memang saat itu ruangan tersebut penuh, tapi tak berselang lama ada satu pasien di ICU di pindahkan ke rungan lain, karena kondidi sudah membaik, sehingga pihaknya langsung berinisiatif untuk membawa pasien tersebut ke ruangan ICu untuk mendapatkan tindakan secara intensif.
“Saat itu kondisi ruangan ICU penuh. Dan, saat itu juga pihak kami bersama keluarga langsung mengecek kondisi ICu, ternyata saat disaksikan oleh keluarga, memang benar ternyata ICU-nya penuh. tapi saat itu juga ada satu pasien akan di pindahkan karena melihat kondisi sudah stabil. makanya langsung digantikan oleh pasien ini, padahal waktu itu masih ada menunggu antrean lain. harusnya bukan pasien itu, tapi kondisi sudah darurat, jadi harus gantikan oleh pasien ini,” katanya.
dia juga menegaskan bahwa pihak RSUP Kandou telah berusaha semaksimal mungkin dalam pelayanan dan merawat pasien tersebut.
“Itu semua sudah semaksimal mungkin. itu semua bukan karena sudah viral. tidak. kamiselalu memberikan yang terbaik. dan kami disini tidak memandang pasien itu siapa. kita tetap malukan sebaik mungkin kepada seluruh pasien yang ada disini,” katanya kembali.