Manadosiana.net, MANADO – Puluhan dokter residen Fakultas Kedokteran (Faked) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, menggelar unjuk rasa di areal gerbang kampus, terkait pengurangan biaya uang kuliah tunggal (UKT) selama masa pandemi COVID-19, Senin (20/7/2020).
Koordinator massa aksi, dr. Jacob Pajan mengatakan aksi residen dari Faked Unsrat ini terkumpul untuk menyuarakan aspirasi mereka, tentang pembayaran uang kuliah yang akan jatuh tempo pada tanggal 26 ini.
“Kami sudah berusaha di masa pandemi ini untuk bertemu dengan pihak rektorat, untuk menyampaikan kesulitan kami dalam membayar uang kuliah kami. Tapi sampai sekarang kami tidak dapat bertemu,” ujarnya.
Jacob mengungkapkan sebelumnya mereka sudah berupaya mengajukan permohonan sesuai prosedur yang ada, untuk menyampaikan kesulitan mereka membayar UKT hingga menyampaikan pengaduan kepada komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulut.
“Beberapa hal sudah kami coba, mulai dari pihak fakultas, bertemu pihak rektorat, bahkan diundang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sekalipun, pihak rektor tidak datang untuk duduk berbicara bersama kami,” tuturnya.
“Kami sangat menyesalkan kondisi ini, untuk itu kami datang lagi ke tempat ini untuk menyampaikan langsung ke jalan. Secara administrasi, kami sudah mempunyai bukti dan jawaban dari pihak rektorat bahwa kami tidak difasilitasi sama sekali untuk keringanan UKT,” sambung Pajan.
Pajan juga ingin menyampaikan, mereka menjalani dua hal di rumah sakit, yaitu kami menjalani pendidikan dan pelayanan. Dari hati yang paling dalam, sama sekali satu sen pun mereka tidak menerima bayaran. Mereka pun tidak menuntut pembayaran, tapi hanya menuntut keringanan UKT.
“Karena tentang pembayaran sudah semenjak kami sekolah atau kami masuk sebagai residen, kami tidak diberikan beban untuk mendapat bayaran dari negara. Itu kami akui bahwa itu tidak menjadi masalah bagi kami,” ujar Ketua Forum Komunikasi Dokter Residen Faked Unsrat ini.
“Kami sangat mengharapkan, isu ini bisa sampai terdengar kepada menteri. Maupun sampai pada presiden. Karena jujur saja, kami betul-betul merasa kesulitan dalam membayar uang kuliah kami. uang kuliah kami itu sebesar 24 juta rupiah per semester. Jadi satu tahun kami akan membayar 48 juta dan itu tertinggi se indonesia. Unsrat untuk pembayaran uang kuliah kami,” harapnya.
Pajan menuturkan saat ini jumlah residen ada 477 orang yang belajar dan bekerja melayani di rumah sakit dan jika mereka tidak membayar UKT, maka akan diistirahatkan atau cuti dari pihak Universitas, hal ini akan berdampak bagi masyarakat karena mereka tidak dapat membatu lagi di RS sehingga pasien bisa terabaikan.
“Bayangkan saja tenggat waktu tanggal 26 Juli ini, jika kami tidak mampu untuk membayar maka jawaban yang kami dapatkan, yaitu otomatis kami akan cuti. Dan jumlah kami yang 477 orang ini, jika cuti untuk pelayanan masa pandemi akan sangat mempengaruhi pelayanan di masa pandemi di Sulawesi Utara, maupun secara umum di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini,” pungkasnya.
Kami sangat mengharapkan ada keputusan dan jalan keluar untuk kami, agar tetap dapat melanjutkan pendidikan dan pelayanan kami, dengan bantuan dan keringanan dari pihak-pihak yang bisa membantu kami,” keluhnya.
Atas aksi yang mereka lakukan itu, Pajan mewakili seluruh massa aksi menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat.
“Kami mohon maaf kepada masyarakat, tidak ada jalan lain lagi yang bisa kami tempuh. Hanya jalan seperti ini yang dapat kami tempuh, dan itu dengan bantuan dari teman-teman media sekalian,” ucap Pajan.
Pihaknya sangat mengharapkan uluran tangan dari pihak rektorat. Maupun pihak yang bisa membantu mereka, agar pendidikan mereka tetap berjalan, sehingga bisa menjadi calon-calon spesialis yang dapat berbakti. Sehingga mereka dapat tetap melayani pasien-pasien yang datang ke RSUP Kandou, sesuai dengan apa yang dibutuhkan dengan pasien-pasien yang datang.
“Kami sangat mengharapkan agar aspirasi kami tidak mandet sampai di sini. Tapi tetap berjalan terus dan kita punya keputusan bersama yang bisa membantu meringankan kami. jika itu terjadi, maka dengan tidak langsung pelayanan-pelayanan pasien-pasien Covid-19 di Sulawesi Utara ini akan tertangani dengan optimal,” tandasnya.
Dalam unjuk rasa damai ini, para pendemo tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak dan memakai masker. Sementara itu, Selang dua jam melangsungkan aksi, pihak rektorat mengizinkan tiga perwakilan, untuk melakukan audiensi secara langsung bersama pihak rektorat.(Neshia)
Komentar