JAKARTA – Formula 1 (F1) adalah ajang balapan mobil open-wheel single-seater paling bergengsi di dunia. Sebagai kompetisi prestisius, F1 hanya dapat diikuti oleh pebalap-pebalap terbaik. Bahkan sekadar menjadi yang terbaik saja tak cukup, ada faktor-faktor lainnya.
Dalam sejarah, pebalap Indonesia yang eksis di F1 baru satu. Namun, tak ada salahnya bermimpi ada penerus. Saat ini, Qarrar Firhand terlihat sebagai bibit muda potensial yang diharapkan bisa menembus F1 di masa depan, layaknya Rio Haryanto pada 2016.
Qarrar menjadi buah bibir usai memenangi balapan ROK Cup Italy 2023 seri keenam di Franciacorta Karting Track, Brescia, pada 23 Juli lalu. Itu merupakan salah satu turnamen gokart bergengsi di Italia, pebalap 12 tahun itu bahkan bersaing dengan anak yang usianya 13-15 tahun.
Jalan menuju F1 memang masih panjang, terlebih Qarrar juga masih harus menimba banyak pengalaman di gokart. Sang ayah, Firhand Ali, coba menjelaskan bagaimana tahapan seorang pebalap bisa sampai ke F1.”Jadi dari gokart itu langkahnya ke F4, F3, F2, F1. Namun, semakin tinggi tingkatannya, semakin kayak piramid [ketat persaingannya],” ujar Ali saat berbincang dengan kumparan.
“Kalau dari gokart ke F4 enggak terlalu [susah], karena enggak ada point system, tapi dari F4 ke F3 mulai ada point system. Minimal untuk dapat super licence harus punya 40 poin dan itu harus finis di podium artinya,” lanjutnya.
FIA Super Licence sederhananya adalah kualifikasi pebalap yang memungkinkan pemegangnya untuk bersaing di F1. Jadi semacam, syarat masuk untuk ke F1 dan ada minimal poinnya. Namun, tidak hanya itu, semua tertera pada persyaratan Kode Olahraga Internasional FIA, Lampiran L, Pasal 5.[1] Tahun 2021 berikut:
Usia minimal 18 tahun.
Pemegang lisensi kompetisi Kelas A Internasional.
Pemegang SIM yang masih berlaku.
Lulus tes teori FIA tentang pengetahuan kode dan peraturan olahraga F1 saat melamar pertama kali.
Menyelesaikan minimal 80% dari masing-masing dua musim penuh salah satu kejuaraan single seater yang dilaporkan dalam Suplemen 1 regulasi.
Mengumpulkan setidaknya 40 poin selama 3 musim sebelumnya dalam kombinasi kejuaraan apa pun.
Masih panjang jalan Qarrar Firhand untuk mencapai F1. Namun, Ali berharap karier sang anak bisa lebih baik dari dirinya. Apalagi tanggal lahir Qarrar sama seperti tanggal lahir juara 7 kali F1 asal Inggris, Lewis Hamilton, yakni 7 Januari, sehingga mustahil untuk tak bermimpi besar.
“Waktu tahun 1997, ranking dunia saya 17, Kimi Raikkonen 31 tapi kan Raikkonen akhirnya juara dunia F1. Umur 21 seharusnya pebalap sudah ke F1, tapi umur 19 tahun saya masih di gokart, jadi sudah ketuaan,” terang Ali.
“Umur 21 atau 23 sudah harus ke F1 atau, ya, sudah selesai [kesempatannya]. Kalau sampai belum umur itu belum kesampaian, ya, mungkin balapannya balapan lain, bukan di F1,” tambahnya.
Sampai atau tidaknya Qarrar ke F1, Ali tetap berharap sang anak bisa mendapat karier yang bagus. Maka dari itu, sejak dini Qarrar sudah dikirim ke Italia agar tidak stagnan di Indonesia.
“Di umur 10 tahun dia sudah juara nasional 3 tahun berturut-turut mau di kemanain? Masa tetap di Indonesia terus-terusan, enggak berkembang. Jadi, opsi di Italia itu adalah opsi yang tidak terelakkan karena skill, prestasi, dan kompetisinya sudah tidak sebanding. Jadi, pilihannya ke luar negeri atau dia jago kandang,” ucapnya.
“Ya, harapannya dilirik tim besar dari sekarang sebagaimana Lewis Hamilton sudah dilirik sejak umur 10 tahun. Kalau dilirik tim besar, jalannya ke F1 lebih mudah,” tandas Ali.