Keren! Pertamina Sulap Limbah Dapur Program Makan Bergizi Gratis Jadi Pakan Bebek di Maros

EKBIS28 Dilihat

manadosiana.net, MAKASSAR – Inovasi menarik datang dari Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi. Melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Hasanuddin, perusahaan pelat merah ini sukses menyulap limbah organik dapur menjadi pakan ternak bernilai ekonomis.

​Terobosan ini dipamerkan dalam Sustainable Circular Economy Forum yang dihelat Kementerian PPN/Bappenas, Rabu (19/11). Dalam kesempatan tersebut, AFT Hasanuddin menggandeng Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menunjukkan bagaimana ekonomi sirkular bisa diterapkan di level komunitas.

​Hasanuddin tercatat sebagai penyedia BBM Penerbangan pertama dan satu-satunya di Indonesia yang bermitra resmi dengan BGN. Mereka mengelola limbah dapur dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyuplai program Makan Bergizi Gratis (MBG).


​Fokus program ini berada di Desa Baji Mangngai, Kabupaten Maros. Limbah makanan yang biasanya berakhir menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), kini diolah menjadi pakan alternatif untuk bebek petelur yang dikelola Kelompok Ternak Laleng Kessie.

​Tak hanya itu, sisa limbah yang tidak bisa dikonsumsi bebek diolah kembali menjadi media budidaya maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF). Larva ini kemudian menjadi sumber protein alami yang ramah lingkungan bagi ternak.

​Dampaknya sangat nyata. Berdasarkan data periode Juni–Oktober 2025, program ini berhasil memanfaatkan 8,1 ton sampah organik, meningkatkan produktivitas ternak, menghemat biaya pakan hingga 75 persen serta menurunkan emisi karbon hingga ±0,5 ton CO₂e per tahun.

​Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah Pertamina ini. Menurutnya, inisiatif tersebut sejalan dengan visi pemerintah pusat.

​”Saya mengucapkan terima kasih kepada Pertamina karena telah mendukung pengembangan kelompok masyarakat binaan, terutama dalam mendukung Program Asta Cita Presiden Prabowo melalui pemanfaatan limbah MBG sebagai pakan alternatif bebek petelur,” katanya.

​Ia menambahkan, program ini menjadi bukti nyata bahwa limbah bisa kembali memiliki nilai ekonomi dan meningkatkan pendapatan peternak. Gubernur pun mendorong agar inovasi ini direplikasi ke berbagai desa lain di Sulawesi Selatan untuk memperkuat ketahanan pangan daerah.

​Sementara itu, AFT Manager Hasanuddin, Andreas Yanuar Arinawan, menegaskan bahwa program ini selaras dengan pilar Environment dan Social Responsibility perusahaan.
​”Program ini kami kembangkan agar masyarakat tidak hanya menerima bantuan, tetapi mampu membangun sistem produksi yang mandiri.

Pemanfaatan limbah menjadi sumber daya baru telah menunjukkan hasil konkret bagi peternak, kelompok perempuan, maupun lingkungan,” jelas Andreas.

​Senada dengan hal tersebut, Direktur Penyediaan dan Penyaluran Wilayah III BGN, Enny Indarti, menyebut kolaborasi ini memiliki potensi besar untuk diduplikasi di wilayah lain, khususnya yang memiliki industri peternakan unggas dan produksi limbah organik tinggi.

berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada poin Tanpa Kelaparan (SDG 2), Kesetaraan Gender (SDG 5), serta Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (SDG 12).

Untuk informasi mengenai program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) serta produk layanan lainnya, masyarakat dapat mengakses mypertamina.id, media sosial @pertaminasulawesi, atau menghubungi Pertamina Call Center 135.

Komentar