MANADO – Komitmen PLN Suluttenggo dalam menjaga keandalan pasokan listrik selama momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) layak dipertanyakan. Belum reda kekecewaan warga Desa Watutumou dan Maumbi, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) akibat pemadaman sebelumnya, kini giliran warga Kelurahan Tanjung Batu Lingkungan IV, Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), yang dipaksa “berakrobat” dengan ketidakpastian aliran listrik sejak Minggu (28/12/2025).
Bukan hanya padam total, warga dihantui fenomena aneh yang mengancam keselamatan nyawa dan harta benda. Listrik di rumah warga mati mendadak, sementara saklar Miniature Circuit Breaker (MCB) tetap dalam posisi On. Indikator meteran yang hanya menunjukkan warna oranye dan kondisi listrik yang hidup-mati setiap beberapa menit menciptakan teror psikologis bagi pelanggan.
Kritik tajam mengarah pada lambatnya respons petugas di lapangan. Salah satu warga mengaku telah melapor melalui aplikasi PLN sejak pukul 03.00 WITA dan kembali mengadu pada pukul 06.00 WITA. Namun, petugas baru menampakkan batang hidungnya sekitar pukul 10.00 WITA, sebuah jeda waktu yang dianggap sangat tidak profesional untuk situasi darurat.
”Saya takut tidur. Pikiran saya kacau, jangan sampai terjadi apa-apa. Listrik hidup hanya beberapa menit lalu padam lagi. Saya pilih begadang sampai pagi daripada terjadi korsleting yang berakibat fatal,” ujar seorang warga.
Ketidakstabilan arus yang terjadi berulang kali ini dinilai sangat berisiko memicu kebakaran atau kerusakan alat elektronik (korsleting), namun respons PLN terkesan santai dan tanpa beban.
Ironisnya, saat petugas tiba di lokasi, mereka hanya memberikan jawaban klise tanpa penjelasan teknis yang transparan.
“Mohon maaf, ini lagi ada gangguan,” ujar petugas singkat, tanpa merinci apa pemicu utama gangguan “aneh” yang membuat indikator meteran berubah warna tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, manajemen PLN Suluttenggo belum memberikan pernyataan resmi terkait bobroknya pelayanan di Tanjung Batu. Bungkamnya pihak otoritas listrik ini semakin mempertegas kesan bahwa kesiapan Nataru yang sering didengungkan hanya sekadar jargon di atas kertas, sementara warga di lapangan harus bertaruh keselamatan akibat ketidakstabilan sistem kelistrikan.







Komentar