GMIM Bumorik Rayakan HUT ke-55 dengan Semangat Pemulihan

DAERAH52 Dilihat

manadosiana.net, MANADO – Menapaki usia ke-55 tahun, jemaat Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Bukit Moria Rike (Bumorik) menggelar ibadah syukur yang khidmat pada Sabtu (20/12). Perayaan ini bukan sekadar seremoni, melainkan momentum penguatan iman bagi jemaat di tengah berbagai tantangan zaman.

​Ibadah syukur yang menyatukan 33 kolom di Wilayah Manado Tenggara ini dipimpin langsung oleh Ketua Bidang Misi dan Hubungan Internasional BPMS GMIM, Pdt. Dr. Adolf Wenas. Kehadiran Ketua BPMJ Pdt. Julien Saisab Rotty bersama para pelayan khusus dan tamu undangan menambah kekhusyukan suasana di gereja yang berlokasi di Kelurahan Rike tersebut.

​Jejak Sejarah: Dari Kanisah ke Jemaat Mandiri

​Dalam “Selayang Pandang” yang dibagikan, sejarah panjang GMIM Bumorik dimulai dari kerinduan jemaat Imanuel Wanea untuk melakukan pemekaran pada Maret 1968.

​Awalnya, pelayanan hanya bermula dari dua kolom yang beribadah di sebuah Kanisah (gedung ibadah kecil). Semangat gotong royong membuat jemaat berkembang menjadi empat kolom pada 1970, hingga akhirnya diresmikan sebagai jemaat mandiri pada 20 Desember 1970 oleh Ketua Sinode saat itu, Pdt. Rein Markus Luntungan.

​Belajar dari Filosofi ‘Indah Sebagai di Eden’

​Mengambil landasan firman dari Zakharia 9:11-17, Pdt. Adolf Wenas membawa jemaat menyelami memori sejarah pelayanan Pdt. AZR Wenas, Ketua Sinode GMIM pertama dari kalangan pribumi.

​Ia menyoroti lagu “Indah Sebagai di Eden” yang berkumandang di awal ibadah. Menurutnya, lagu tersebut bukan sekadar pujian, melainkan simbol pemulihan bagi tanah Minahasa pasca-konflik Permesta.

​”Kala itu, Pdt. AZR Wenas berkeliling Minahasa dengan menunggang kuda untuk menggembalakan umat yang terpuruk akibat perang saudara. Lagu itu adalah doa agar Tuhan memulihkan Minahasa menjadi seperti Taman Eden kembali,” ujar Pdt. Adolf.

​Pesan Pemulihan di Tengah Pergumulan

​Pdt. Adolf menekankan bahwa spirit pemulihan tersebut sangat relevan dengan kondisi jemaat saat ini. Ia mengingatkan bahwa meskipun institusi atau pribadi sering kali merasa terpuruk, kunci utama kebangkitan adalah berserah kepada Tuhan.

​”Mungkin ada yang merasa sedang terpuruk, namun Tuhan pasti memulihkan. Cara yang tepat adalah berseru kepada-Nya,” tegasnya.

 

​Ia juga berpesan kepada para pelayan gereja untuk aktif melakukan kunjungan dan penggembalaan, mencontoh kegigihan Pdt. AZR Wenas dalam merangkul jemaat yang patah semangat.

​”Jangan khawatir dengan alur hidup yang diatur Tuhan. Masalah seberat apa pun, jika kita bawa dalam doa, Tuhan tidak akan mengubah rencana-Nya yang baik, melainkan memberi kita kekuatan untuk melewati pergumulan tersebut,” pungkasnya.

Komentar