Opini : Pandemi vs Pendidikan: Ilmu Apa yang Mahasiswa Dapatkan?

Manadosiana.net – Covid-19 yang menjadi isu global saat ini berimbas pada terganggunya berbagai sektor kehidupan masyarakat. Social distancing yang dijadikan sebagai kebijakan penanggulangan masalah ini menyebabkan masyarakat diwajibkan untuk belajar dan bekerja dari rumah selama beberapa minggu.

Jurusan pemerintahan sebagai bagian dari Fispol Unsrat menjalankan kebijakan yang disampaikan oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Kegiatan belajar dirumah diinisiasi pihak kampus dalam bentuk e-learning melalui media yang telah disediakan kampus. Namun apakah hal tersebut dijalankan dengan baik? Saya sebagai mahasiswa tentunya merasakan langsung bagaimana para pengajar tidak mengoptimalkan metode pembelajaran yang ada sehingga pembelajaran tidak efektif.

Saya ingin mengapresiasi pengajar yang betul-betul memperhatikan kami mahasiswa, yang berinisiatif menggunakan sosial media dalam proses belajar mengajar dari rumah. Walaupun pengajar tidak dapat memastikan apakah materi yang diberikan dapat dipahami oleh mahasiswa. Setidaknya materi yang diberikan lebih terarah sehingga mahasiswa mampu mencapai tujuan dari pelajaran tersebut.

Apakah semua pengajar memberikan materi (lewat sosmed/e-learning)? Yang saya lihat tidak semua dosen menjalankan e-learning tersebut. Kami mahasiswa dibingungkan dengan beberapa mata kuliah yang tidak diberikan materi untuk dipelajari. Beberapa dosen ketika ditanyakan mengenai mata kuliah, mahasiswa diminta untuk menunggu instruksi selanjutnya. Ada juga yang tidak dapat dihubungi. Apa yang harus dilakukan mahasiswa?

Hari ini kami diwajibkan belajar dari rumah bukan berarti kami dibebaskan dari kewajiban kampus. Ketika banyak orang yang berkata betapa bahagianya para mahasiswa dan pelajar lainnya diliburkan, kami tidak merasa libur. Karena pada kenyataannya kami diminta belajar dari rumah. Apakah kegiatan belajar-mengajar ini efektif? Tentunya tidak. Kami dibebankan dengan pengajar yang bingung harus menggunakan metode belajar apa, memaksakan diri untuk memahami materi secara mandiri, mengerjakan tugas pribadi yang menumpuk.

Kami rindu saat-saat ketika kami mendengarkan ceramah dosen di kelas, menunggu saat dimana dosen memberikan waktu untuk bertanya, memberikan ruang untuk kami diskusi kelompok, berdiri di depan kelas membawakan presentasi, saat-saat dimana terjadi perbedaan pendapat yang mendorong kami untuk berdebat.

Namun kami sadar bahwa hal itu tidak dapat kami lakukan saat ini. Kami hanya meminta agar kami diberikan ilmu yang selayaknya kami dapatkan. Kami ingin pembelajaran yang efektif sehingga menghasilkan pengetahuan yang berkualitas membentuk kami sebagai mahasiswa yang kritis. Bukan hanya kritis dalam mengkritik pemerintah namun juga dalam memikirkan kemajuan indonesia. Ini barulah tiga minggu dilaksanakannya home-learning. Rektor juga telah mengeluarkan perpanjangan terhadap kebijakan ini. Kalau keadaannya seperti ini apa yang akan terjadi 2 bulan kedepan?(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *